Rabu, 18 Mei 2011

Sifat Kedermawanan Rasul SAW

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ، فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ، مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ، مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.

(صحيح البخاري)

“Bahwasanya Rasulullah saw orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan dibulan ramadhan, ketika sering didatangi Jibril as, yang menemui beliau saw setiap malamnya dibulan ramadhan, dan mempelajari dan mengulang ulang Alqur’an, dan sungguh Rasulullah saw orang yang paling dermawan atas segala kebaikan dengan selalu mengalir kedermawanannya melebihi angin yang berhembus dengan mudah” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh



حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ .

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang Maha Luhur , Yang mengumpulkan kita dalam perkumpulan yang agung dan mulia ini. Maha Suci Allah Yang telah mengundang kita hadir di dalam pengampunan-Nya yang besar ini, di dalam cahaya keagungan-Nya yang luhur ini, di dalam perkumpulan yang dipenuhi kasih sayang dan rahmat-Nya ini, tiadalah seseorang yang hadir di tempat ini kecuali berada dalam naungan cahaya rahmat Ilahi dan semoga akan terus berlanjut tanpa berhenti di sepanjang waktu hingga kita berjumpa dengan Sang Pemilik rahmat, Allah subhanahu wata’ala sehingga diteruskan untuk menuju rahmat yang kekal di surga Allah subhanahu wata’ala. Dan seluruh pintu gerbang rahmat itu ada pada makhluk mulia yang telah dicipta oleh Allah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan mencintai dan mengikuti beliau maka akan terbukalah seluruh gerbang rahmat Ilahi, terbukalah seluruh pintu rahmat Allah dan menerima sang hamba untuk sampai pada cita-cita terluhur lebih dari yang ia cita-citakan bahkan lebih dari yang ia dambakan, sehingga anugerah yang terus berlimpah hampir membuatnya tidak mampu bersyukur dari dahsyatnya limpahan rahmat itu, dari gelombang kasih sayang-Nya yang terus berlimpah sepanjang generasi kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dari zaman ke zaman, semoga gelombang rahmat itu berlimpah kepada kita di majelis ini dan semua yang mengikuti majelis ini di website, radio dan media lainnya semoga juga dalam naungan gelombang rahmat Ilahi, yang padanya terhapus segala dosa dan kesalahan, yang dengannya akan terangkat derajat dan keluhuran, dengannya akan terhapus dari hati sifat-sifat yang hina dan tumbuh dalam sanubari sifat-sifat yang luhur sehingga kita merasa berat untuk berbuat dosa dan mudah untuk berbuat mulia. Wahai Yang Maha Mulia, Engkau menyaksikan perkumpulan ini dan Engkaulah Yang menggenggam segenap kemuliaan, maka curahkan kemuliaan itu kepada kami zhahir dan bathin di dunia dan akhirah, pastikan seluruh wajah kami bercahaya dengan cahaya kemuliaan-Mu, dengan cahaya pengampunan-Mu, dengan cahaya keluhuran-Mu, dengan cahaya keberkahan-Mu, dengan cahaya anugerah dan kasih sayang-Mu, yang membimbing kami untuk terus dalam ketenangan dan keberkahan di dunia dan di akhirah, kemudahan di dunia dan di akhirah, kemuliaan di dunia dan akhirah, untuk kami, kota kami, bangsa kami, dan negeri kami juga untuk negeri-negeri para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sampailah kita pada hadits luhur, yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan dan tidak ada manusia yang lebih dermawan dari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Perlu kita ketahui bahwa dermawan itu bukan hanya dalam segi harta, namun sifat dermawan itu sangat luas. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari Bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa makna : أجود الناس dalam hadits ini :

كَانَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan”

Adalah yang paling banyak berbuat kebaikan, termasuk juga kebaikan menyelesaikan hajat-hajat orang lain dan membantunya, mungkin dengan harta, nasihat atau doa maka itulah bagian dari bentuk kedermawanan. Ketika para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah mereka banyak berderma, mereka berkata : “wahai Rasulullah, apa lagi yang harus kita infakkan ?”, maka Allah subhanahu wata’ala menjawabnya seraya berfirman :

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ

( البقرة : 219 )

Perbuatan maaf merupakan infak besar, dan memaafkan kesalahan orang lain bisa dilakukan oleh orang yang kaya dan juga oleh orang yang miskin. Orang yang miskin tidak mampu untuk bersedekah dengan harta namun dia mampu berinfak dengan member maaf. Memberi maaf tidak harus mencari para fuqara’, dimana pun kita berada, kita bisa memberi maaf kepada orang yang pernah berbuat salah kepada kita . Maka berinfakkalah dengan segala bentuk dan cara, dengan harta, fikiran, nasehat, maaf, doa dan dengan segala perbuatan luhur, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ

“ Setiap kebaikan adalah shadaqah”

Maka membantu orang lain dengan ucapan, dengan tenaga, dengan nasihat, dengan harta, dengan jabatan, dengan doa dan lainnya, semua itu adalah bagian dari shadaqah untuk jasad kita, dan manusia yang paling banyak melakukan hal itu adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau diumpamakan lebih dermawan dari angin yang berhembus. Maksudnya jika angin itu berhembus maka hembusan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih cepat dari itu, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan ketika beliau belajar, membaca dan mengulang-ulang Alqur’an bersama malaikat Jibril di bulan Ramadhan. Maka dari hadits ini, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany menukil ucapan Al Imam An Nawawi Ar bahwa disunnahkan membaca Al qur’an bersama ( Tadaarus Al qur’an ), hadits ini sebagai dalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga membaca Al qur’an bersama malaikat Jibril As, padahal beliau shallallahu ‘aliahi wasallam adalah Shahib Al qur’an, pimpinan dari semua orang yang mengerti dan memahami Al qur’an, karena Al qur’an diturunkan kepada beliau namun beliau masih juga membacanya bersama malaikta JIbril, dan terkadang beliau membacanya sendiri dan terkadanga beliau meminta sahabat yang lain membacanya dan beliau mendengarkannya. Oleh sebab itu di majelis Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam kita membuat HR (Halaqatur Rasul), Alhamdulillah telah mencapai lebih dari 360 halaqah, dan semoga terus bertambah orang-orang yang mencintai Alqur’an, dan lebih mencintainya daripada buku-buku lainnya . Ketahuilah buku-buku yang lainnya itu akan sirna dan fana, sedangkan setiap huruf dari ayat-ayat Al qur’an akan bersaksi dan memberi syafaat untuk kita kelak di hari kiamat jika sekarang kita membacanya, karena Al qur’an adalah kalam Allah yang mengangkat derajat hamba-hamba-Nya dengan keluhuran yang khusus jika mereka mencintai Al qur’an.

Terdapat pahala dan cahaya dari setiap huruf dari al quran yang kita baca itu, cahaya ketenangan, cahaya pengampunan, cahaya kemudahan, cahaya keberkahan, berpadu dalam setiap kalimat-kalimat Al quran, pada setiap huruf-hurufnya yang kesemuanya adalah kalam Ilahi yang dituliskan dan itu adalah kalimat-kalimat yang kekal dan abadi yang ada sebelum alam ini tercipta dan akan tetap ada setelah ala mini sirna, maka makmurkanlah Al quran dalam jiwa kita, di bibir kita, di hari-hari kita. Berkali-kali muncul pertanyaan ini : “bolehkan membaca Al qur’an dengan cara confrensi lewat handphone, dan masing-masing di tempat yang berbeda?”, hal ini boleh-boleh saja, karena yang terpenting adalah kita tetap membaca Al qur’an, ketika seseorang membaca maka yang lainnya mendengarkan, dan jika ada kesalahan maka dibetulakan sehingga setiap orang menjadi pembaca, pendengar dan pengajar, itulah keunggulan dari halaqah Al quran . Semoga semangat kita terus bangkit untuk mencintai Al quran Al Karim, maka jadilah pelopor pembangkit generasi Al quran di wilayah-wilayah kita dan di seluruh wilayah, karena di masa sekarang banyak orang muslim yang malu untuk menggenggam Al quran dihadapan orang lain, dan lebih baik baginya menggenggam buku yang lain, seperti buku-buku yang berbahasa Inggris ia bangga jika menggenggamnya. Sungguh tidak ada yang patut dibanggakan lebih dari Al qur’an Al Karim, surat cinta Allah kepada hamba-Nya.

Maka semakin seseorang memahami rahasia keluhuran Allah, semakin Allah limpahkan untuknya kebahagiaan di dunia dan di akhirah. Diriwayatkan di dalam riwayat yang tsiqah, dan telah dinukil oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan oleh Al Imam At Turmidzi :

إِنَّ اللهَ جَوَّادٌ يُحِبُّ الْجُوْدَ

“ Sesungguhnya Allah Maha Dermawan dan menyukai kedermawanan”

Juga diriwayatkan dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَنَا أَجْوَدُ وَلَدِ آدَمَ

“Aku adalah keturunan anak Adam yang paling bermurah hati “

Sehingga beliau tidak pernah mengatakan “tidak” kepada orang yang meminta sesuatu kepada beliau, baik yang diminta itu harta atau pun permintaan maaf. Bahkan ketika di hari kiamat beliau berderma dengan syafaat kepada para pendosa dari umatnya, demikian indahnya kedermawanan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hal itu adalah merupakan bantuan dan uluran tangan meskipun bukan berupa harta bahkan justru lebih berharga dari sekedar harta, disaat harta tiada lagi berharga namun beliau masih tetap berderma dengan syafaat .

Diriwayatkan dalam kitab Qabasunnuurilmubin ringkasan Rub’ Al Muhlikaat dari kitab Ihyaa’ Ulumuddin oleh guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dimana suatu waktu sayyidina Hasan, sayyidina Husain dan sayyidina Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum, sedang dalam perjalanan untuk melakukan ibadah haju, dan di tengah perjalanan mereka kehausan dan kelaparan karena kehabisan bekal, kemudian menemukan satu rumah di tengah padang pasir yang di dalamnya hanya ada seorang wanita yang tua renta, maka mereka bertanya kepada wanita itu : “wahai Ibu, apakah engkau mempunyai air untuk kami minum?”, maka ibu itu berkata : “ada air tapi hanya sedikit”, mereka bertanya lagi : “wahai ibu, apakah kau mempunyai makanan?”, wanita itu menjawab : “tidak ada, aku hanya mempunyai seekor kambing, jika kalian mau menyembelihnya, aku yang akan memasaknya”, maka salah seorang dari mereka pun menyembelihnya kemudian wanita itu memasaknya. Setelah beberapa saat mereka pun memakannya kemudian mereka pamit kepada wanita itu untuk pergi melanjutkan perjalanan, dan berkata kepada wanita itu : “wahai ibu kami adalah orang Quraisy kelak kami akan membalas kebaikanmu”. Dan setelah mereka pergi dari rumah wanita tua itu, maka suami wanita itu datang dan berkata kepada istrinya : “mana kambing kita yang satu-satunya?” , wanita itu menjawab : “sudah disembelih untuk tamu”, suaminya berkata : “siapa tamu itu?”, si wanita menjawab : “3 orang mereka mengatakan dari kaum quraisy”, si suami marah berkata : “bagaimana kau menyembelih kambing yang hanya satu-satunya milik kita untuk orang yang tidak engkau kenal, yang hanya mengatakan mereka adalah kaum quraisy!”. Waktu berlalu, suatu saat si bapak dan ibu yang tua renta ini keluar ke Madinah untuk menjual kotoran onta yang dijadikan sebagai pupuk, dan mereka gunakan hasil dari penjualan itu untuk kehidupan mereka. Ketika itu sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib sedang duduk di depan rumahnya dan beliau mengenali wanita itu, maka beliau pun memanggilnya : “wahai Ibu, apakah engkau mengenaliku?”, maka wanita itu berkata : “tidak”, sayyidina Hasan berkata : “aku adalah orang yang engkau tolong disaat itu”, wahai ibu ini hadiah dariku 1000 dinar dan 1000 ekor kambing, kemudian sayyidina Hasan memerintahkan pembantunya untuk membawanya kepada sayyidina Husain, maka sayyidina Husain berkata : “wahai ibu, apa yang engkau peroleh dari sayyidina Hasan?”, si ibu menjawab : “ 1000 ekor kambing dan 1000 dinar emas”, sayyidina Husain berkata : “terimalah dariku 1000 ekor kambing dan 1000 dinar emas”, kemudian sayyidina Husain meminta pembantunya untuk membawa wanita kepada Abdullah bin Ja’far, kemudian beliau bertanya : “wahai ibu, apa yang engkau dapatkan dari sayyidina Hasan dan Husain?”, si ibu menjawab : “2000 ekor kambing dan 2000 dinar emas”, sayyidina Abdullah menjawab : “baiklah, terimalah dariku 2000 ekor kambing dan 2000 dinar emas, sungguh jika engkau mendatangiku terlebih dahulu maka aku akan membuat sayyidina Hasan dan Husain kebingungan untuk berbuat dan membalas kebaikannmu”. Maka si wanita itu pun pulang menemui suaminya dengan 4000 ekor kambing dan 4000 dinar emas, demikianlah kedermawanan sayyidina Hasan, sayyidina Husain dan sayyidina Abdullah bin Ja’far.

Juga diriwayatkan dalam kitab Qabs An Nuur Al Mubin ringkasan Rub’ Al Muhlikaat dari kitab Ihyaa’ Ulumuddin oleh guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh dalam bab “Sakhaa’ ( Kedermawanan)”, bahwa sayyidina Abdullah bin ‘Amir membeli rumah sayyidina Khalid bin ‘Uqbah seharga 90.000 dirham, ketika malam hari dia mendengar suara tangisan di luar rumah dan ternyata itu adalah tangisan keluarga Khalid yang menangisi karena rumahnya telah dijual, maka sayyidina Abdullah berkata kepada budaknya : “datanglah kepada mereka (keluarga Khalid) dan katakan kepada mereka bahwa harta dan rumah ini semua untuk mereka”. Sungguh demikian dermawannya mereka para sahabat sehinga mereka selalu dilimpahi keberkahan oleh Allah subhanahu wata’ala. Teriwayatkan pula bahwa sayyidina Laits RA beliau tidak pernah berbicara di setiapharinya sebelum ia bersedekah kepada 360 orang fuqara’ .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

السَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ, بَعِيْدٌ عَنِ النَّارِ واْلبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ، بَعِيْدٌ مِنَ اْلجَنَّةِ، بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ. وَ اْلجَاهِلُ السَّخِيُّ اَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنْ عَابِدٍ بَخِيْلٍ

“Orang yang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada surga, dekat kepada manusia dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat pada neraka. Orang yang bodoh tetapi dermawan lebih dicintai Allah daripada orang yang suka beribadah tetapi bakhil".

Namun kedermawanan ada batasnya, yang dari tadi kita bahas adalah sifat pemurah dan bersedekah, maka jangan berlebihan seperti mengada-adakan hukum yang tidak ada, seperti zakat profesi hal ini adalah sesuatu yang mungkar , yang mengatakan bahwa setiap 3 bulan harus mengeluarkan zakat, hadits itu adalah lemah dan tidak bisa dijadikan dalil. Zakat hanya ada 7 macam dan tidak bisa ditambah, dan berbeda dengan shadaqah yang bisa dilakukan kapan saja yang hukumnya adalah sunnah, sedangkan zakat hukumnya adalah wajib. Adapun alasan mereka yang mengharuskan zakat profesi adalah banyaknya orang-orang yang kekurangan, maka harus mengeluarkan infak setiap bulannya, kita boleh mengelurakan infak atau shadaqah namun bukan zakat, karena zakat hukumnya fardhu ‘ain dan tidak bisa dirubah lagi dan orang yang mengingkarin dan tidak melakukannya maka darahnya halal untuk dibunuh, jika telah ditentukan banyaknya zakat adalah 7 macam maka tidak bisa ditambah lagi, seperti halnya shalat wajib hanya 5 waktu maka tidak boleh ditambah-tambah lagi. Riwayat Al Imam Malik dalam Al Muwattha’, yang mengatakan hadits dari Malik, dari Nafi’ dari Ibn Umar Ra bahwa tidak zakat harta kecuali harus menunggu satu tahun dan telah mencapai nishab. Maka jika selama setahun harta itu tidak berkurang dan telah mencapai nishab maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya, bukan setiap bulan apalagi setiap hari. Demikian pula disebutkan dalam Al Muwattha’ Al Imam Malik bahwa sayyidina Abu Bakr As Shiddiq di masa kepemimpinannya juga tidak mengeluarkan shadaqah bulanan atas gaji para karyawan khalifah, dan tidak pula diperintahkan kepada kaum muslimin dan semua khulafaa’ ar rasyidin pun tidak menjalankannya. Dan dijelaskan dalam kitab Al Istidzkar syarh Al Muwattha’ oleh Al Imam Ibn ‘Abd Al Bar mengatakan bahwa riwayat di dalam Al Muwattha’ yang mengatakan bahwa Mu’awiyah mengeluarkan uang di setiap bulannya, maka hal itu adalah perbuatan Mu’awiyah yang tidak ia perintahkan orang lain untuk melakukannya, karena ia tahu bahwa zakat harta berlaku hanya setahun sekali. Demikian pula terdapat dalam riwayat Al Imam Ahmad Ibn Hanbal Ar bahwa tidak ada zakat harta kecuali telah melewati satu tahun dan telah mencapai nishab. Demikian pula yang telah dijelaskan dalam Al Majmuu’ oleh Al Imam An Nawawi dan dalam kitab An Nihayah oleh Al Imam Ramli, dan juga dalam kitab Mughni Al Muhtaj oleh Al Khatib As Syarbini Alaihim rahmatullah, bahwa seluruh madzhab telah berittifaq tidak adanya zakat harta dalam setiap bulannya .

Adapun zakat-zakat yang harus langsung dikelurakan itu, seperti zakat tanaman yang dikeluarkan setiap kali panen, dan zakat rikaz (harta karun) yang berupa emas dan perak dan selain emas dan perak maka tidak dikenai zakat, begitu juga barang tambang emas dan perak dan selain itu tidak wajib zakat, seperti tambang batu bara, minyak dan lainnya maka tidak diwajibkan zakat, maka kesemua itu ketika mendapatkan hasil maka harus langsung dikeluarkan zakatnya. Namun zakat harta, perdagangan, zakat fitrah, dan zakat hewan ternak maka menunggu waktu satu tahun dan telah mencapai nisab. Insyaallah akan saya buatkan buku tentang zakat agar mudah difahami, namun secara ringkas bahwa zakat profesi adalah sesuatu yang di ada-ada kan dan jangan diikuti. Namun jika mengeluarkannya dengan nama shadaqah maka hal itu boleh-boleh saja, bisa dilakukan setiap hari, tiap minggu atau setiap bulan dan bukan disebut zakat, karena zakat itu hukumnya wajib dan fardhu ain.

Dan tentunya kita harus mengikuti pendapat para jumhur, yaitu pendapat ulama’ yang terbanyak dan tidak mamilih kelompok yang memisahkan diri. Karena orang-orang yang memisahkan diri dari jamaah itu telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, riwayat Shahih Al Bukhari :

فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَيَمُوتُ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

“Karena, tidaklah seseorang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal saja lalu mati, maka matinya tidak lain seperti orang jahiliyah."

Dan ajaran yang seperti banyak muncul di zaman sekarang, maka jangan diikuti. Namun jangan pula dimusuhi, musuhi aqidah dan ajarannya tetapi jangan musuhi orangnya, karena mereka tertipu dengan kejahilan dan seandainya mereka mengetahui pastilah mereka akan menuju jalan yang benar, ingatlah doa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :

اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ

" Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku , sesungguhnya mereka tidak mengetahui "

Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah melimpahkan kepada kita rahmat dan keberkahan, keluhuran, kesucian dan pengabulan doa atas segala hajat kita. Rabbi, kami mendengar sifat-sifat dermawan dari hamba-hamba-Mu yang luhur sehingga mereka mau member 1000 kali lebih besar dari yang mereka terima, seperti itulah hamba-hamba-Mu maka terlebih lagi Engkau Yang Maha Memiliki sifat dermawan. Wahai Allah kami bershadaqah kepada orang-orang yang tidak mampu diantara kami, dan kami adalah hamba-hamba yang tidak mampu dihadapan-Mu maka bershadaqahlah kepada kami wahai Allah. Ya Arhamar rahimin, inilah hamba-hamba yang lemah, yang banyak kesulitan untuk meninggalkan perbuatan dosa, banyak kesulitan untuk berbuat ketaatan, banyak pula kesulitan untuk melewati masalah-masalah kehidupan di dunia, dan Engkau Maha memegang kunci kemudahan maka curahkan cahaya kemudahan menerangi hari-hari kami, menerangi jiwa dan sanubari kami hingga jiwa dan sanubari kami tenang dengan kasih sayang-Mu, tenang dengan anugerah dan kesejukan nama-Mu sehingga hari-hari kami menjadi semakin indah dan mudah di dunia dan akhirah….

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Jumat, 13 Mei 2011

Sayyidah Nafisah Guru Imam Syafi'i



Sayyidah Nafisah Guru Imam Syafi’i Sayyidah Nafisah adalah putri Hasan al-Anwar bin Zaid bin Hasan bin Ali dan Sayyidah Fathimah az-Zahra', putri Rasululullah Saw. Sayyidah Nafisah dilahirkan di Mekah al-Mukarramah, 11 Rabiul awal 145 H. Pada tahun 150 H, Hasan menjabat sebagai Gubernur Madinah dan ia membawa Sayyidah Nafisah yang baru berusia lima tahun ke Madinah. Di sana Sayyidah Nafisah menghafal Al-Qur'an, mempelajari tafsirnya dan senantiasa menziarahi makam datuknya, Rasulullah Saw. Sayyidah Nafisah terkenal zuhud, berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari untuk bertahajud dan beribadah kepada Allah SWT. Sayyidah Nafisah mulai umur enam tahun selalu menunaikan salat fardu dengan teratur bersama kedua orang tuanya di Masjid Nabawi. Sayyidah Nafisah menikah dengan putra pamannya, Ishaq al-Mu'tamin. Pernikahan itu berlangsung pada tanggal 5 Rajab 161 H. Umur Sayyidah Nafisah ketika itu 16 tahun. Ia dikaruniai seorang putra bernama al-Qasim dan seorang putri bernama Ummu Kultsum. Sayyidah Nafisah menunaikan ibadah haji sebanyak tiga puluh kali, sebagian besar ia lakukan dengan berjalan kaki. Hal tersebut dilakukan karena meneladani datuknya, Imam Husain yang pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku malu kepada Tuhanku jika aku menjumpai-Nya di rumah-Nya dengan tidak berjalan kaki." Riwayat-riwayat tentang Sayyidah Nafisah kebanyakan dinisbahkan kepada putri saudaranya, Zainab binti Yahya al-Mutawwaj, yang selalu menyertai dan menemaninya sepanjang hidupnya, serta tidak mau menikah karena ingin selalu melayani dan menyenangkannya. Zainab binti Yahya, saat berbicara tentang Sayyidah Nafisah, mengatakan, "Bibiku hafal Al Qur'an dan menafsirkannya, ia membaca Al Qur'an dengan menangis sambil berdo’a, 'Tuhanku, Mudahkanlah untukku berziarah ke tempat Nabi lbrahim as." Sayyidah Nafisah tahu bahwa Nabi Ibrahim adalah datuk para nabi, jadi datuk dari ayahnya juga, Muhammad Saw. Dan Rasulullah Saw mengatakan, "Akulah yang dimaksud dalam do’a Ibrahim as ketika berdo’a, “Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul di antara mereka yang akan membacakan ayat-ayat Mu kepada mereka dan akan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka; sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Baqarah: 129) Hijrah ke Mesir Ketika Sayyidah Nafisah menziarahi makam Nabi Ibrahim as, ia ingin menangis. Lalu ia duduk dengan khusyuk membaca Al-Qur'an surat Ibrahim: 35-37. Hari Penyambutan di Kota al-Arisy Ketika Sayyidah Nafisah datang ke Mesir, usianya 48 tahun. Ia tiba pada hari Sabtu, 26 Ramadan 193 H. Sewaktu orang-orang Mesir mengetahui kabar kedatangannya, mereka pun berangkat untuk menyambutnya di kota al-Arisy, lalu bersama-sama dengannya memasuki Mesir. Sayyidah Nafisah ditampung oleh seorang pedagang besar Mesir yang bernama Jamaluddin 'Abdullah al Jashshash, di rumah ini Sayyidah Nafisah tinggal selama beberapa bulan. Penduduk Mesir dari berbagai pelosok negeri berdatangan ke tempatnya untuk mengunjungi dan mengambil berkah darinya. Nafisah khawatir, hal itu akan menyulitkan pemilik rumah. la pun meminta izin untuk pindah ke rumah yang lain. la kemudian memilih sebuah rumah yang khusus untuknya di sebuah kampung di belakang Mesjid Syajarah ad-Durr di jalan al-Khalifah. Kampung itu sekarang dikenal dengan nama al-Hasaniyyah. Penduduk Mesir yang telah mengetahui rumah baru yang ditempati oleh Sayyidah Nafisah, segera mendatanginya. Nafisah merasa dengan banyaknya orang yang mengunjunginya, benar-benar menyulitkannya untuk beribadah. Ia berpikir untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Madinah. Orang-orang mengetahui rencana Nafisah untuk meninggalkan Mesir. Mereka segera kepenguasa Mesir, as-Sirri bin al-Hakam, dan memintanya agar meminta Sayyidah Nafisah untuk tetap tinggal di Mesir. As-Sirri bin al-Hakam kemudian mendatangi Sayyidah Nafisah. Kepada as-Sirri, Sayyidah Nafisah berkata, Dulu, saya memang ingin tinggal di tempat kalian, tetapi aku ini seorang wanita yang lemah. Orang-orang yang mengunjungiku sangat banyak, sehingga menyulitkanku untuk melaksanakan wirid dan mengumpulkan bekal untuk akhiratku. Lagi pula, rumah ini sempit untuk orang sebanyak itu. Selain itu, aku sangat rindu untuk pergi ke raudhah datukku, Rasulullah Saw." Maka as-Sirri menanggapinya, "Wahai putri Rasulullah, aku jamin bahwa apa yang engkau keluhkan ini akan dihilangkan. Sedangkan mengenai masalah sempitnya rumah ini, maka aku memiliki sebuah rumah yang luas di Darb as-Siba' Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku memberikan itu kepadamu. Aku harap engkau mau menerimanya dan tidak membuatku malu dengan menolaknya." Setelah lama terdiam, Sayyidah Nafisah berkata, 'Ya, saya menerimanya." Kemudian ia Mengatakan, Wahai Sirri, apa yang dapat aku perbuat terhadap jumlah orang yang banyak dan rombongan yang terus berdatangan? “Engkau dapat membuat kesepakatan dengan mereka bahwa waktu untuk pengunjung adalah dua hari dalam seminggu. Sedangkan hari-hari lain dapat engkau pergunakan untuk ibadahmu, jadikanlah hari Rabu dan Sabtu untuk mereka," kata as-Sirri lagi. Sayyidah Nafisah menerima tawaran itu. Ia pun pindah ke rumah yang telah diberikan untuknya dan mengkhususkan waktu untuk kunjungan pada hari Rabu dan Sabtu setiap minggu. Seorang Guru bagi para ulama Sufi, Fuqoha dan Muhadistin. Perjumpaan Imam Syafi’i Ra dengan Sayyidah Nafisah Di rumah ini, Sayyidah Nafisah dikunjungi oleh banyak fuqaha, tokoh-tokoh tasawuf, dan orang-orang saleh. Di antara mereka adalah Imam Syafi’i, Imam 'Utsman bin Sa’id al-Mishri, Dzun Nun al-Mishri, Al Mishri as-Samarqandi, Imam Abubakar al-Adfawi dan banyak ulama lain. Imam Syafi’i datang ke Mesir pada tahun 198 H, lima tahun setelah kedatangan Sayyidah Nafisah. Imam syafi’i tinggal di Mesir lebih dari empat tahun. Di sana ia mengarang kitab-kitabnya. Namanya menjadi terkenal karena orang-orang menerima dan mencintainya, dan tersebarlah mazhabnya di tengah-tengah mereka. Di Mesir ia menyusun pendapat mazhabnya yang baru (qaul jadid), yang disusunnya karena adanya perubahan kondisi dan kebiasaan. Hal itu dimuat dalam kitabnya al-Umm. Ketika Imam Syafi’i datang ke Mesir, ia telah menjalin hubungan dengan Sayyidah Nafisah. Hubungan keduanya diikat oleh keinginan untuk berkhidmat kepada akidah Islam. Imam Syafi’i biasa mengunjungi Sayyidah Nafisah bersama beberapa orang muridnya ketika berangkat menuju halaqah-halaqah pelajarannya di sebuah masjid di Fusthath, yaitu Mesjid 'Amr bin al-'Ash. Imam Syafi’i biasa melakukan salat Tarawih dengan Sayyidah Nafisah di mesjid Sayyidah Nafisah. Walaupun Imam Syafi'i memiliki kedudukan yang agung, tetapi jika ia pergi ke tempat Sayyidah Nafisah, ia meminta do’a kepada Nafisah dan mengharap berkahnya. Imam Syafi'i juga mendengarkan hadist darinya. Bila sakit, Imam Syafi’i mengutus muridnya sebagai penggantinya. Utusan itu menyampaikan salam Imam Syafi'i dan berkata kepada Sayyidah Nafisah, "Sesungguhnya putra pamanmu, Syafi'i, sedang sakit dan meminta doa kepadamu." Sayyidah Nafisah lalu mengangkat tangannya ke langit dan mendoakan kesembuhan untuknya. Maka ketika utusan itu kembali, Imam Syafi’i telah sembuh. Suatu hari, Imam Syafi’i menderita sakit. Seperti biasanya, ia mengirim utusan untuk memintakan doa dari Sayyidah Nafisah baginya. Tetapi kali ini Sayidah Nafisah berkata kepada utusan itu, "Allah membaguskan perjumpaan-Nya dengannya dan memberinya nikmat dapat memandang wajah-Nya yang mulia." Ketika utusan itu kembali dan mengabarkan apa yang dikatakan Sayyidah Nafisah, Imam Syafi’i tahu bahwa saat perjumpaan dengan Tuhannya telah dekat. Imam Syafi’i berwasiat agar Sayyidah Nafisah mau menyalatkan jenazahnya bila ia wafat. Ketika Imam Syafi’i wafat pada akhir Rajab tahun 204 H, Sayyidah Nafisah melaksanakan wasiatnya. Jenazah Imam Syafi’i dibawa dari rumahnya di kota Fusthath ke rumah Sayyidah Nafisah, dan di situ ia menyalatkannya. Yang menjadi Imam adalah Abu Ya'qub al Buwaithi, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Kepergian Seorang Waliyah Sayyidah Nafisah terkenal sebagai seorang yang zuhud, dan suka beribadah sepanjang hayatnya. Zainab, kemenakan Sayyidah Nafisah, pernah ditanya, "Bagaimana kekuatan bibimu?" Ia menjawab, Ia makan sekali dalam tiga hari. Ia memiliki keranjang yang digantungkan di depan musalanya. Setiap kali ia meminta sesuatu untuk dimakannya, ia dapatkan di keranjang itu. Ia tidak mau mengambil sesuatu selain milik suaminya dan apa yang dikaruniakan Tuhan kepadanya." Salah seorang penguasa pernah memberikan seratus ribu dirham kepadanya dengan mengatakan, "Ambillah harta ini sebagai tanda syukur saya kepada Allah karena saya telah bertobat". Nafisah mengambil uang itu kemudian membagi-bagikannya kepada fakir miskin, orang jompo dan orang yang membutuhkannya sampai habis. Menggali Kuburnya dengan tangannya sendiri Ketika Sayyidah Nafisah merasa ajalnya telah dekat, ia mulai menggali kuburnya sendiri. Kubur itu berada di dalam rumahnya. Ia turun ke dalamnya untuk memperbanyak ibadah dan mengingat akhirat. Al-Allamah al-Ajhuri mengatakan, Nafisah mengkhatamkan Al-Qur'an di dalam kubur yang telah digalinya sebanyak enam ribu kali dan menghadiahkan pahalanya untuk kaum Muslimin yang telah wafat. Ketika sakit, ia menulis surat kepada suaminya, Ishaq al Mu'tamin, yang sedang berada di Madinah dan memintanya datang. Suaminya pun datang bersama kedua anak mereka, al-Qasim dan Ummu Kultsum. Pada pertengahan pertama bulan Ramadan 208 H, sakitnya bertambah parah, sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Orang-orang menyarankannya untuk berbuka demi menjaga kekuatan dan mengatasi sakit yang dideritanya. Ia pun menjawab, "Sungguh aneh! Selama tiga puluh tahun aku meminta kepada Allah agar Ia mewafatkan aku dalam keadaan berpuasa. Maka bagaimana mungkin aku berbuka sekarang? Aku berlindung kepada Allah. Hal itu tidak boleh terjadi selamanya". Kemudian ia membaca surah al-An'am. Ketika sampai pada ayat, "Untuk mereka itu kampung keselamatan (surga) di sisi Tuhan mereka. Dia penolong mereka berkat amalan yang mereka perbuat," (QS. al-An'am: 127) Nafisah lalu mengucapkan kalimat syahadat, dan naiklah rohnya keharibaan Tuhannya Yang Maha Tinggi, berjumpa dengan para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Sebelumnya Nafisah berwasiat kepada suaminya untuk memindahkan jasadnya yang suci dalam peti ke Madinah untuk dimakamkan di sana bersama keluarganya di Baqi'. Namun, penduduk Mesir menentangnya dan menginginkan agar ia dimakamkan di kubur yang telah digalinya dengan tangannya sendiri. Penduduk Mesir mengumpulkan harta yang banyak, lalu menyerahkannya kepada suami Sayyidah Nafisah seraya meminta agar jenazahnya tetap berada di Mesir. Namun suaminya enggan menerima permintaan itu. Malam itu pun mereka lewati dalam keadaan menderita, padahal mereka orang-orang terkemuka. Mereka tinggalkan harta mereka di tempat Sayyidah Nafisah. Ketika pagi, mereka mendatanginya lagi. Akhirnya suami Sayyidah Nafisah memenuhi pemintaan mereka untuk memakamkan istrinya di tempat mereka, namun ia mengembalikan harta mereka. Mereka bertanya kepadanya tentang hal itu. Ia menjawab, "Aku melihat Rasulullah Saw dalam mimpi. Beliau berkata kepadaku, Wahai Ishaq, kembalikan kepada mereka harta mereka dan makamkanlah ia di tempat mereka."
Keramat Sayidah Nafisah Keramat Sayyidah Nafisah Keramat-keramat yang dinisbahkan kepada Sayyidah Nafisah baik waktu hidup atau sesudah wafatnya sangat banyak. Di antara keramatnya yang terjadi ketika masih hidup, adalah yang berhubungan dengan kesembuhan seorang gadis Yahudi dari penyakit lumpuh. Diceritakan bahwa ketika Sayyidah Nafisah datang ke Mesir, ia tinggal bertetangga, dengan satu keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak gadis yang lumpuh. Pada suatu hari, ibu si gadis ingin pergi untuk suatu keperluan. Maka ia tinggalkan anaknya di tempat Sayyidah Nafisah. Ia meletakkan anaknya pada salah satu tiang dari rumah Sayyidah Nafisah. Ketika Sayyidah Nafisah berwudlu, air wudlunya jatuh ke tempat gadis Yahudi yang lumpuh itu. Tiba-tiba Allah memberikan ilham kepada gadis Yahudi itu agar mengambil air wudlu tersebut sedikit dengan tangannya dan membasuh kedua kakinya dengan air itu. Maka dengan izin Allah, anak itu dapat berdiri dan lumpuhnya hilang. Saat itu terjadi, Sayyidah Nafisah sudah sibuk dengan salatnya. Ketika anak itu tahu ibunya telah kembali dari pasar, ia pun mendatanginya dengan berlari dan mengisahkan apa yang telah terjadi. Maka menangislah si ibu karena sangat gembiranya, lalu berkata, "Tidak ragu lagi, agama Sayyidah Nafisah yang mulia itu sungguh-sungguh agama yang benar!" Kemudian ia masuk ke tempat Sayyidah Nafisah untuk menciumnya. Lalu ia mengucapkan kalimat syahadat dengan ikhlas karena Allah. Kemudian datang ayah si gadis yang bernama Ayub Abu as-Saraya, yang merupakan seorang tokoh Yahudi. Ketika ia melihat anak gadisnya telah sembuh, dan mengetahui sebab sembuhnya maka ia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, "Maha Suci Engkau yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki dan menyesatkan orang yang Engkau kehendaki. Demi Allah, inilah agama yang benar". Kemudian ia menuju rumah Sayyidah Nafisah dan meminta izin untuk masuk. Sayyidah Nafisah mengizinkanya. Ayah si gadis itu berbicara, kepadanya dari balik tirai. Ia berterima kasih kepada Sayyidah Nafisah dan menyatakan masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat. Kisah itu kemudian menjadi sebab masuk Islamnya sekelompok Yahudi yang lain yang tinggal bertetangga dengannya. Diriwayatkan oleh al-Azhari dalam kitab al-Kawakib as-Sayyarah: Ada seorang wanita tua yang memiliki empat anak gadis. Mereka dari minggu ke minggu makan dari hasil tenunan wanita itu. Sepanjang waktu ia membawa tenunan yang dihasilkannya ke pasar untuk dijualnya; setengah hasilnya digunakannya membeli bahan untuk ditenun sedangkan setengah sisanya digunakan untuk biaya makan minum mereka. Suatu ketika, wanita itu membawa tenunannya yang ditutupi kain yang sudah lusuh berwarna merah ke pasar sebagaimana biasanya. Tiba-tiba seekor burung merusaknya dan menyambar kain itu beserta isinya yang merupakan hasil usahanya selama seminggu. Menyadari musibah yang menimpanya, wanita itu pun jatuh pingsan. Ketika sadar, ia duduk sambil menangis. Ia berpikir bagaimana akan memberi makan anak-anak yatimnya. Orang-orang kemudian memberikan petunjuk kepadanya agar menemui Sayyidah Nafisah. Ia pun pergi ke tempat Sayyidah Nafisah dan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya seraya meminta doa kepadanya. Sayyidah Nafisah lalu berdoa, "Wahai Allah, wahai Yang Maha Tinggi dan Maha Memiliki, gantikanlah untuk hamba-Mu ini apa yang telah rusak. Karena, mereka adalah makhluk-Mu dan tanggungan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Kemudian ia berkata kepada wanita tua itu, "Duduklah, sesungguhnva Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Maka duduklah wanita itu menantikan kelapangan atas musibahnya, sementara hatinya terus menangisi anak-anaknya yang masih kecil. Tidak berapa lama kemudian, datanglah sekelompok orang menemui Sayyidah Nafisah. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Kami mengalami kejadian yang aneh." Berceritalah mereka kepadanya tentang apa yang mereka alami. Mereka sedang mengadakan perjalanan di laut ketika tiba-tiba terjadi kebocoran dan perahu itu nyaris tenggelam. Tiba-tiba datang seekor burung yang menempelkan kain merah berisi tenunan di lobang itu sehingga lobang tersebut tersumbat dengan izin Allah. Sebagai tanda syukur kepada Allah, mereka memberikan lima ratus dinar kepada Sayyidah Nafisah. Maka menangislah Sayyidah Nafisah, seraya mengatakan, Tuhanku, Penolongku, alangkah kasih dan sayangnya Engkau kepada hamba-hamba-Mu!" Sayyidah Nafisah segera mendatangi wanita tua tadi dan bertanya kepadanya berapa ia menjual tenunannya. "Dua puluh dirham," jawabnya. Sayyidah Nafisah memberinya lima ratus dinar. Wanita itu mengambil uang tersebut, lalu pulang ke rumahnya. Kepada putri-putrinya, ia menceritakan kejadian yang ia alami. Mereka semua datang menemui Sayyidah Nafisah serta mengambil berkah darinya seraya menawarkan diri untuk menjadi pelayannya. Keramat-keramatnya Setelah Wafat Kerarnat-keramat Sayyidah Nafisah setelah wafat juga banyak. Di antaranya, pada tahun 638 H, beberapa pencuri menyelinap ke mesjidnya dan mencuri enam belas lampu dari perak. Salah seorang pencuri itu dapat diketahui, lalu dihukum dengan diikat pada pohon. Hukuman itu dilaksanakan di depan mesjid agar menjadi pelajaran bagi yang lain. Pada tahun 1940, seseorang yang tinggal di daerah itu bersembunyi di mesjid itu pada malam hari. Ia mencuri syal dari Kasymir yang ada di makam itu. Namun, ia tidak menemukan jalan keluar dari mesjid itu dan tetap terkurung di sana sampai pelayan mesjid datang di waktu subuh dan menangkapnya. Allahu Akbar. Allahu Akbar..

Kemuliaan Membaca Al Qur'an

قَرَأَ رَجُلٌ، الْكَهْفَ، وَفِي الدَّارِ الدَّابَّةُ، فَجَعَلَتْ تَنْفِرُ، فَسَلَّمَ، فَإِذَا ضَبَابَةٌ، أَوْ سَحَابَةٌ، غَشِيَتْهُ، فَذَكَرَهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: اقْرَأْ فُلَانُ، فَإِنَّهَا السَّكِينَةُ، نَزَلَتْ لِلْقُرْآنِ، أَوْ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ

(صحيح البخاري)

“seseorang membaca surat Al Kahfi diwaktu malam dikediamannya, dan dikediamannya terdapat pula seekor keledai dikandangnya, maka keledai itu mengamuk beringas dan melarikan diri, maka ia menghentikannya dan mempercepat shalatnya, lalu ia melihat seperti awan atau kabut putih tebal melingkupinya, maka ia mengadu pd Rasulullah saw, dan bersabda Rasulullah saw : “Bacalah wahai engkau, sungguh itu adalah sakinah/ketenangan (para malaikat yg membawakannya), turun sebab kemuliaan bacaan Alqur’an” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah Yang mengumpulkan kita dalam cahaya terluhur, cahaya termulia yang diciptakan Allah untuk menerangi jiwa hamba-hamba-Nya yaitu cahaya iman yang berpijar dari sosok hamba termulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, cahaya yang menerangi hamba-hamba-Nya hingga dengannya muncullah keinginan untuk bersujud dan melakukan hal-hal yang luhur dan meninggalkan hal-hal yang hina menuju sifat-sifat yang sangat sulit dicapai bagi hamba yang lain, menuju kerinduan kepada Allah lalu diizinkan baginya untuk rindu kepada Allah lalu kerinduannya pun diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana yang sering kita dengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَه
ُ

" Barangsiapa yang merindukan berjumpa dengan Allah, maka Allah rindu berjumpa dengannya" (Shahih Al Bukhari)

Diriwayatkan juga dalam hadits qudsi :

مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ مَنْ كَرِهَ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَه
ُ

“ Barangsiapa yang ingin perjumpaan dengan-Ku maka Aku pun rindu berjumpa dengannya, barangsiapa yang benci untuk berjumpa dengan-Ku Aku pun benci berjumpa dengannya ”

Mengapa saya sering mengulang-ulang hadits ini?, agar kita sering mengingat betapa agungnya rindu kepada Allah, seseorang yang cinta kepada Allah maka dia tidak akan bosan mendengar kabar tentang Allah. Semakin seseorang cinta kepada Allah maka ia akan semakin asyik jika mendengar nama Allah disebut, terlebih lagi kabar tentang kerinduan-Nya kepada hamba-Nya, maka hal itu menenangkan hati seorang hamba. Ya Allah, dalam cahaya keluhuran ini kami berkumpul di dalam rahasia pengampunan-Mu, yang Engkau munculkan di majelis-majelis dzikir yang bergemuruh menyebut nama-Mu. Seagung dan seindah-indah nama yang maha membuka seluruh rahasia kebahagiaan dunia dan akhirah, kebahagiaan yang fana dan yang abadi, ribuan pintu rahmat terbuka dari pintu rahmat-Mu Ya Allah. Sejak alam semesta dihamparkan dari tiada, kemudian alam semesta diasuh oleh pengasuhan Allah, bulan dan matahari berada dalam pengasuhan Allah , demikian pula seluruh daratan dan lautan dan semua yang ada di alam semesta berada dalam pengasuha Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

( الروم : 41 )

“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ( QS. Ar Ruum : 41 )

Disebabkan perbuatan manusia itulah Allah subhanahu wata’ala munculkan bencana agar mereka kembali kepada Allah, kita belum pernah melihat dahsyatnya api neraka maka lihatlah betapa dahsyatnya api gunung berapi, belum melihat dahsyatnya guncangan hari kiamat maka lihatlah dahsyatnya gempa bumi yang membunuh ratusan ribu orang , belum melihat alam kubur namun lihatlah jasad orang yang paling miskin atau paling kaya sekalipun mereka akan tetap berada di bawah pijakan kaki, itulah yang dikehendaki Allah. Dan segala sesuatu dari musibah atau kenikmatan dan lainnya yang terjadi, kesemuanya muncul dengan kehendak Allah supaya mereka mau kembali kepada Allah subhanahu wata’ala. Jadi bentuk-bentuk musibah yang terjadi pada manusia dan selama dia mengakui “ Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah” maka baginya adalah penghapusan dosa. Dan kita yang tidak mendapatkan musibah seperti mereka maka hal itu sebagai pelajaran bagi kita agar kitasegera kembali kepada Allah subhanahu wata’ala dan tidak pergi terlalu jauh dari-Nya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

( الذاريات : 50 )

“ Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” ( QS. Ad Dzaariyaat : 50 )

Menghindarlah sejauh-jauhnya dari segala musibah menuju Allah subhanahu wata’ala, tempat menghindar yang paling indah dan paling aman dari segala musibah hanyalah Allah, satu-satunya yang paling bisa melindungi hanyalah Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi:

لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ حِصْنِى فَمَنْ دَخَلَ اَمِنَ مِنْ عَذَابِى

“ Laa ilaaha illallah adalah benteng-Ku, maka barangsiapa masuk ke benteng-Ku, niscaya dia selamat dari siksa-Ku”

Riwayat hadits ini dha’if ( lemah ) namun diperkuat dengan hadits riwayat Shahih Al Bukhari :

مَنْ قَالَ لَاإلهَ إِلَّا الله خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ فَقَدْ حَرَّمَهُ اللهُ مِنَ النَّارِ
( صحيح البخاري )

“ Barangsiapa yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” dengan ikhlas dari hatinya maka Allah haramkan ia dari api neraka ”( Shahih Al Bukhari )

Walaupun ada yang datang dan menumpahkan gunung emas di depanku, maka aku tidak akan mau menyembah tuhan selain-Mu Ya Allah, maka dalam keadaan yang seperti itu engkau telah diharamkan dari api neraka, itulah janji Rabbul ‘Alamin. Ikhlas dari dalam hatinya maka ia diharamkan dari api neraka oleh Allah subhanahu wata’ala karena setia kepada Allah. Semua manusia bisa berlaku tidak setia dan jika seseorang setia kepada Allah maka Allah akan lebih setia kepadanya. Manusia bisa berbuat untuk tidak setia namun Allah tidak demikian, bukan berarti Allah tidak bisa namun Allah tidak mau untuk berbuat tidak setia karena Allah Maha Sempurna.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Segala sifat yang tidak baik itu tidak diperbuat oleh Allah, oleh karena itu Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad berkata di dalam qasidah yang sering kita baca :

كُلُّ فِعْلِكَ جَمِيْلٌ

“ semua perbuatan-Mu indah”,

Bagi pendosa pun perbuatan Allah tetap indah karena bagi mereka para pendosa masih ditawarkan pengampunan dan disiapkan penghapusan dosa, masih ditawarkan kemuliaan untuk dekat kepada Allah sebelum mencapai sakaratul maut, namun manusia lebih memilih kehidupan yang fana daripada kehidupan yang kekal, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala berfirman :

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ ، وَتَذَرُونَ الْآَخِرَةَ

( القيامة : 20-21 )

“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat” ( QS : Al Qiyamah : 20-21 )

Mereka lebih memilih kehidupan dunia yang fana dibandingkan dengan memilih Allah Yang Maha Abadi dan memiliki keindahan. Jika ada seseorang yang sangat kaya raya dengan segala hartanya dan dia sangat dermawan selalu memberikan hartanya di setiap waktu siang dan malam kepada yang dikenal atau pun yang tidak dikenal, kemudian kita datang kepadanya maka tentunya kita akan mendapatkan pemberian darinya, maka dalam keadaan yang seperti ini apakah tidak merugi jika kita meninggalkan orang kaya itu dan sebagai gantinya mencari orang yang pekerjaannya adalah meminta-minta dari orang kaya itu, dan meninggalkan si dermawan orang yang kaya raya. Tentunya hal seperti ini adalah sesuatu yang perlu dibenahi secara logika dan secara syari’ah, layaknya kita lebih memikirkan Allah dan jangan sampai kita terjebak, pemahaman yang perlu dibenahi jika ada yang berkata : “jangan memikirkan akhirat terus kita kan hidup di dunia!”, justru sebaliknya janganlah terus memikirkan dunia karena kita akan hidup kekal di akhirat. Namun tidak pula kita harus meninggalkan kehidupan dunia dan sama sekali tidak memikirkannya sehingga membawa celaka kehidupan di dunia nya. Adapun orang yang selalu memikirkan akhirah dan berniat ingin selalu dekat dengan Allah dan ingin selalu beribadah namun dia tetap memaksakan untuk beraktifitas dan bekerja karena kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya maka dia akan mendapatkan keberkahan yang jauh lebih mulia daripada orang yang tidak memiliki niat dan keinginan untuk dekat kepada Allah. Kenapa? karena Allah cemburu jika seorang hamba diliputi dengan masalah maka dia akan lupa kepada Allah maka Allah mencabut masalah-masalahnya, demikianlah perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Namun manusia lebih menyukai sesuatu yang fana daripada yang kekal, yaitu mereka orang-orang yang fasik, mudah-mudahan tidak satu pun dari kita yang termasuk kelompok mereka. Ketika manusia melupakan kehidupan akhirah dan lebih memilih kehidupan dunia yang sementara maka Allah memanggil sanubari yang terdalam agar bergetar, Allah subhanahu wata’ala tidak murka dengan hal ini namun Allah berfirman dalam kelanjutan ayat tadi :

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

( القيامة : 22-23 )

“ Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri, Kepada Tuhannyalah mereka melihat “ ( QS. Al Qiyamah : 22 – 23 )

Pernahkan terbayang dalam benakmu untuk memandang Allah, jangan pernah membayangkan bentuk Allah subhanahu wata’ala adalah pencipta bentuk dan tidak terikat dengan segala bentuk. Manusia dan benda-benda lainnya memiliki bentuk karena kesemuanya diciptakan dan Allah subhanahu wata’ala Maha menciptakan segala bentuk bahkan kalimat bentuk pun tidak bisa mengikat Allah, begitu pula kalimat “waktu”, tidak bisa kita berkata : “kapan Allah itu ada?” ,,, karena Allah yang menciptakan kalimat “kapan”. Namun kesempatan untuk melihat Allah subhanahu wata’ala itu ada waktunya, dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa kenikmatan yang terbesar dari segala kenikmatan di surga adalah memandang Allah subhanahu wata’ala, diantara penduduk surga ada hamba yang tidak mendapat bagian untuk melihat Allah kecuali hanya setahun sekali, dan ada yang hanya sebulan sekali bisa melihat Allah, ada yang seminggu sekali melihat Allah yaitu setiap hari Jum’at dan ada yang setiap hari, dan ada yang selalu berhadapan dengan Allah, sebanyak dzikir nya ( kepada Allah ) selama di dunia maka sebanyak itulah kelak seseorang akan melihat Allah. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ، تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ

( القيامة : 24-25 )

“ Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.” ( QS. Al Qiyamah : 24 – 25 )

Dan ketika itu ada pula wajah-wajah muram dan merengut, mengapa ? karena mereka mengetahui bahwa mereka akan menghadapi kesusahan yang abadi. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman :

كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ ، وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ ، وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ

( 26-28 )

“ Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?", dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia). “ (QS : Al Qiyamah : 26 – 28 )

Ingatlah jika ruh telah sampai ke tenggorokan dan di saat itu manusia berkata : “siapa yang bisa menolongku dengan membuat usia ku bertambah meskipun satu detik untuk aku bisa menyebut nama Allah, menambah sedikit waktu untuk aku bersujud dan bertobat kepada Allah”. Ketika ruh telah sampai di tenggorokan maka seseorang tidak mampu lagi untuk beribadah, di saat itu fahamlah dia bahwa telah tiba waktu untuk berpisah dengan dunia. Kemudian Allah subhanahu wata’la berfirman :

وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

( القيامة : 29 – 30 )

"Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.” ( QS : Al Qiyamah : 29 – 30 )

Terdapat 2 penafsiran terhadap ayat ini, yang pertama adalah ketika manusia meninggal maka kedua kakinya dirapatkan kemudian dibungkus dengan kain kafan, namun pendapat yang lebih kuat adalah bersentuhannya antara lutut dengan lutut yaitu kelak di padang mahsyar. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman :

فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّى، وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى، ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ يَتَمَطَّى، أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى، ثُمَّ أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى

( القيامة : 31 – 35 )

“ Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dam berpaling (dari kebenaran), kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong), kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu” ( QS : Al Qiyamah : 31 – 35 )

Sungguh celakalah mereka karena di masa hidupnya ia meninggalkan shalat dan tidak pula berbuat baik dengan bershadaqah, melainkan mereka terus mendustakan hari kiamat dan terus berpaling dari kebenaran, dinatara mereka jika melihat orang lain melakukan shalat bukannya justru iri dan ingin melakukan seperti mereka. Iri ada dua macam iri terhadap kebaikan untuk mendapatkan kemuliaan akhirah dan itu adalah hal yang terpuji, dan ada pula iri yang tercela yaitu iri terhadap kenikmatan orang lain dan ingin kenikmatan itu hilang darinya. Namun banyak diantara manusia yang tidak iri melihat orang lain berbuat baik sehingga tidak ingin berbuat baik sepertinya, namun mereka hanya santai bersama keluarganya tanpa iri melihat mereka yang melakukan kebaikan seperti yang hadir di majelis dzikir diantara mereka ada yang kepanasan dan ada yang parkir motornya jauh, dan ada pula yang berangkat dari tempat-tempat yang jauh seperti Bogor, Depok , Bekasi dan lainnya, dan belum lagi saudara-saudara kita ada yang melihat acara ini di website dengan memasang proyektor dan menyaksikannya bersama-sama seperti yang dilakukan saudara-saudara kita yang di Banjarmasin, maka tidak hanya acara sepak bola saja yang disaksikan beramai-ramai namun majelis malam Selasa ini juga mulai disaksiakn beramai-ramai, Alhamdulillah. Kemudian Allah berfirman :

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى، أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى، ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى، فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى ، أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى

( القيامة : 36 – 40 )

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?,bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya ,lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan, bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?” ( QS : Al Qiyamah : 36-40)

Manusia mengira setelah melewati kehidupan mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban, padahal mereka hanya diciptakan dari sebutir sel yang tiada berarti yang kemudian dijadikan gumpalan darah kemudian gumpalan daging sehingga berbentuk tubuh yang sempurna kemudian Allah jadikan mereka berpasang-pasangan sebagai suami istri, dan Allah Maha mampu menghidupkan kembali tulang belulang yang telah mati. Ayat-ayat ini saya sampaikan karena minggu lalu belum saya bahas sampai selesai maka saya bahas malam ini.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dimana seorang lelaki membaca surat Al Kahfi di malam hari, dan dirumahny terdapat kandang keledai yang satu atap dengan rumahnya, tiba-tida di saat ia membaca surat Al Kahfi dalam shalatnya ketika itu keledainya menjadi beringas dan kabur, maka ia pun mempercepat shalatnya, dan ketika tiba waktu subuh lelaki itu mengabarkannya kepada Rasulullah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :

اِقْرَأ يَا فُلَانُ اِقْرَأْ يَا فُلَانْ اِقْرَأْ يَا فُلَانْ

“ Bacalah wahai Fulan, bacalah wahai fulan, bacalah wahai fulan”

Bacalah terus surat Al Kahfi karena surat itu adalah ketenangan yang Allah turunkan bagi orang yang membacanya, sehingga para sahabat melihat kabut mengelilingi ketika surat Al Kahfi di baca, dimana mereka adalah para malaikat yang sedang asyik mendengarkan bacaan Al Qur’an. Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْكَهْفِ، عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

“ Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat pertama dari surat al-Kahfi, maka dia terjaga dari fitnah Dajjal.”

Dajjal akan muncul dan menguasai seluruh dunia dan hanya orang-orang tertentu saja yang akan menaiki gunung untuk bersembunyi dari Dajjal, dan yang lainnya berada dalam kekuasaan Dajjal kecuali beberapa tempat yang tidak bisa disentuh oleh Dajjal yaitu Makkah, Madinah dan Masjidil Aqsha.

Hadirin hadirat saya tidak berpanjang lebar dalam menyampaikan tausiah karena waktu kita sangat sempit, dan malam Selasa yang akan datang kita akan membahas tentang keberadaan Dajjal dan tanda-tandanya serta hikayat-hikyat yang ada dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Selanjutnya kita bermunajat bersama, memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar mata kita tidak diharamkan dari melihat kemulian dan keindahan dzat Allah. Tanpa engkau sadari ketika matamu berlinang karena ingin melihat keindahan Allah maka tanpa kau sadari ketika itu hajat-hajat yang kau inginkan dan hajat-hajat yang belum engkau ketahui pun akan Allah beri tanpa perlu engkau memintanya. Jika engkau punya kekasih dan kau tau sesuatu yang dia sukai maka sebelum ia memintanya pun pastilah kau menghadiahkannya terlebih dahulu itulah sifat sang kekasih maka terlebih lagi Allah subhanahu wata’ala yang melihat hamba-Nya rindu kepadanya maka Allah akan memberikan kepada hamba-Nya sesuatu yang membuat hamba-Nya senang untuk menenangkan hamba-Nya supaya tidak terus menerus meminta kematian karena ingin berjumpa dengan Allah. Seperti anak kecil (bukan berarti saya memberikan contoh dengan ajaran-jaran non muslim) yang mau ditinggal oleh ibunya pergi, maka anak itu diberi mainan atau hal yang menyenangkan baginya, bukan diberi sesuatu yang tidak disukainya seperti sambal misalnya, karena anak itu akan menangis dan justru akan mencari ibunya. Maka terlebih lagi perbuatan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba yang merindukan-Nya dengan memberikan untuk hamba-Nya sesuatu yang menjadikannya tenang dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga kita termasuk diantara mereka, amin…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Kita berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah memberikan kemudahan dalam perjuangan kita, perjuangan kita di Cirebon, perjuangan kita di Sentul, perjuangan kita untuk santri-santri Papua, dan perjuangan kita bersama Al Habib Quraisy Baharun di Cirebon, begitu pula perjuangan kita di Jakarta ini. Alhamdulillah kita baru mengontrak tanah seluas 3000 M2 di sebelah Markas dan akan digunakan sebagai kios-kios nabawy atau mungkin tempat steam motor atau yang lainnya, dan jamaah majelis yang tidak memiliki pekerjaan bisa ikut bergabung disana, begitu juga kita harus mencari tanah yang lebih luas untuk menampung majelis malam Selasa karena semakin lama tempat ini tidak akan memadai untuk menampung para jama’ah, dan ntuk hal itu membutuhkan budget lebih dari 30 M, namun jumlah itu sangatlah kecil dan tiada artinya bagi Allah. Semoga Allah semakin membukakan rahmat dan kemuliaan untuk kita, dan semoga semakin memperindah Jakarta sebagai kota yang tertib, damai dan aman, amin allahumma amin. Dan malam Minggu yang akan datang ada 2 acara yang bersamaan waktunya, Maulid dan Dzikir Akbar “Ya Allah” 1000 x dan doa untuk bangsa akan diadakan di Lapangan Merdeka Sukabumi pukul 20.00 WIB, dan Haul yang ke 15 Sayyid Al Walid Al Habib Utsman bin Alwy bin Utsman bin Yahya di kediaman Al Habib Ali bin Utsman bin Yahya dan waktunya bersamaan, maka yang tidak bisa ke Sukabumi hadir ke tempat Al Habib Yahya jadi tidak keluyuran kemana-mana. Selanjutnya kita dengarkan qasidah Ya Arhamarrahimin, kita doakan juga saudra-saudara kita yang jauh, Alhamdulillah acara di Kuala Lumpur di Masjid Al Bukhari dan di Masjid Sah Alam berjalan sukses dan mereka puas. Kita akan menjalin hubungan supaya bisa diadakan tabligh akbar Majelis Rasulullah di masjid tersebut setiap sebulan sekali, insyaallah. Selanjutnya doa penutup oleh Fadhilah Al Walid Al Habib Abdurrahaman Al Habsyi yatafaddhal masykura.

Baik-Buruknya Jasad Seseorang

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw: “Ketahuilah bahwa pada jasad terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh jasadnya, ketahuilah itu adalah hati” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang telah menyambungkan kita untuk melangkah dan hadir ke majelis yang langsung berhubungan dengan rantai terkuat, sang pemimpin luhur, yang dikenal sebagai Imam Qubbah Al Khadraa' ( Kubah Hijau ) dialah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Setiap penziarah yang mengunjungi Madinah Al Munawwarah akan melihat di sisi kanan dan kiri bangunan yang mewah, jalan-jalan yang indah dan pernak-pernik keindahan, namun ketika matanya terbentur melihat pada Kubah Hijau Masjid An Nabawy maka bergetarlah jiwa dengan mahabbah dan kerinduan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, air mata tak terbendung ketika memandang Qubbah Al Khadhra’ ( Kubah Hijau ) yang dibawahnya dimakamkan jasad luhur sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang selalu menjawab hamba-hamba yang mengucapkan salam kepada beliau. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : " Jika seseorang dalam shalatnya mengucapkan " Assalamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillahi as shaalihin ( salam sejahtera bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang shalih )", maka Allah subhanahu wata'ala akan menyampaikannya kepada seluruh hamba yang shalih di langit dan di bumi ". Hal ini menunjukkan bahwa hamba yang shalih bukan hanya di alam barzakh atau alam dunia yang hidup, namun juga berada di langit diantara mereka adalah para malaikat, para shiddiqin ( orang-orang yang benar) dan para muqarrabin ( yang mendekat kepada Allah). Dan juga terbukti dari riwayat Shahih Al Bukhari dimana ketika salah seorang syuhada' Badr, ketika ia wafat maka ibunya menangisinya kemudian datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berkata : “wahai Rasulullah, jika seandainya anakku masuk ke dalam surga maka aku akan tenang, namun jika kematiannya sia-sia dan belum jelas kemana ruhnya maka sungguh aku tidak akan pernah merasa tenang hingga aku wafat”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :

إِنَّ ابْنَكِ فِي فِرْدَوْسِ اْلأَعْلَى

“ Sungguh putramu berada di surga Firdaus yang tertinggi ”

Kecintaaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi kecintaan mereka kepada semua makhluk yang dicintainya, dan cinta kepada Allah tiada akan pernah tercapai kecuali dengan cinta kepada kekasih Allah, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau riwayat Shahih Al Bukhari:

لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Belum sempurna iman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya dari ayah ibunya, anaknya, dan seluruh manusia”

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَمَالِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“ Belum sempurna iman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya dari dirinya sendiri, keluarganya, dan seluruh manusia ”

Hadirin hadirat, hal itu merupakan derajat yang sulit untuk kita capai namun kita telah memasuki pintunya dengan hadirnya kita di majelis ini, karena tidak ada satu pun yang hadir di majelis ini yang membenci sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak ada satu pun yang tidak ingin melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak seorang pun yang tidak rindu untuk melihat wajah yang paling indah, wajah yang paling ramah dan paling baik yang tidak ingin mengecewakan perasaan orang lain, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan manusia selain beliau pastilah mempunyai banyak kesalahan, siapa pun dia selama dia bukan nabi atau rasul maka dia tidaklah ma'sum, dan pasti memiliki kesalahan. Maka yang menjadi dalil bahwa di langit ada para shalihin adalah perkataan Rasulullah kepada seorang ibu yang anaknya wafat dalam perang Badr, beliau mengatakan bahwa putranya berada di surga Firdaus yang tertinggi, semoga Allah jadikan aku dan kalian berada di antara mereka, dimana ketika wafat hanya melewati alam barzakh sebentar kemudian lansung ke Firdaus Al A’laa, amin allahumma amin. Ketika surga Firdaus terbuka maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kedalamnya bersama orang-orang yang didizinkan Allah, dan semoga kita yang menyambutnya, amin allahumma amin. Hadirin hadirat, cita-cita yang luhur akan mendapatkan pahala yang luhur pula, sedangkan cita-cita yang hina akan membuat kehidupan masa depan kita menjadi hina, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda agar berhati-hati terhadap lintasan pemikiran, karena bisa saja Allah memberi apa-apa yang sedang terlintas di dalam pemikiranmu, ketika pemikiranmu baik maka bisa saja Allah memberikan kebaikan itu kepadamu tanpa engkau memintanya. Jika tiba-tiba lintasan pemikiranmu menghina si fulan maka dalam sekejap bisa saja dalam waktu selanjutnya engkau akan melewati nasib yang serupa dengan si fulan.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ ، أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ ، بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ ، بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ ، يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ، فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ ، وَخَسَفَ الْقَمَرُ ، وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ، يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ ، كَلَّا لَا وَزَرَ ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ ، يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ ، بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ ، وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ

( القيامة : 1- 15 )

“ Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri), Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?, bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna, bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus, Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?", Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?", sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!, hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali, pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya, Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri , meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya" . ( QS. Al Qiyamah : 1-15 )

Manusia berani berbuat dosa dan maksiat di hadapan Allah, padahal tiada satu makhluk pun kecuali kesemuanya berada dalam penglihatan dan pemantaun Allah subhanahu wata'ala. Jika engkau menghayati dan mengulang-ulang ayat ini dimana engkau setiap detik dan waktu selalu dalam penglihatan-Nya. Tanpa malu mereka yang banyak melakukan dosa di hadapan Allah bertanya tentang hari kiamat kapan terjadi. Ingatlah ketika semua mata terbelalak karena takut akan ledakan yang muncul dari dalam bumi, lahar dan air lautan berpadu dan semua planet di angkasa raya satu persatu berbenturan dengan planet yang lainnya, bulan tiada lagi bercahaya dan ketika itu digabungkan menjadi satu dengan matahari, maka disaat itulah manusia bertanya dimanakah tempat berlindung, sungguh ketika itu tidak ada lagi tempat berlindung namun semua akan kembali kepada Allah dan mempertanggungjawabkan kehidupannya di dunia, dan ketika itu akan diberitahukan kepada manusia apa yang telah dia perbuat semasa di dunia dan apa yang akan dia terima sebagai balasannya. Semoga syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama kita. Ya Allah, bagaimana keadaan kami kelak disaat Engkau tanyakan tentang satu kenikmatan melihat yang tidak akan terbayar meskipun dengan ribuan tahun ibadah, disaat itu diberitahukan semua dosa-dosa kami, dan ketika itu pula diberitahukan amal ibadah kami yang mungkin di dalamnya terdapat riya’, sombong, atau makanan syubhat dan lainnya. Al Imam Ghazali berkata bahwa ada orang-orang yang mendapatkan dosa riya’ padahal dia dalam keadaan sendiri, tidak ada orang yang melihatnya namun ia terkena dosa riya’, mengapa? Misalnya seseorang shalat sendiri namun dalam hatinya ia berkata jika ada orang yang melihat aku beribadah pastilah dia akan memujiku, maka terkenalah dia dosa riya’. Maka disaat itu (di hari kiamat) manusia akan menerima apa yang akan didapatkan setelah pertimbangan itu. Ya Allah berilah kami syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits luhur, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَلاَ إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ

“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, bila ia baik niscaya seluruh jasad akan baik, dan bila ia rusak, niscaya seluruh jasad akan rusak pula, ketahuilah segumpal daging itu ialah hati “

Kalimat “qalb” dalam bahasa Indonesia artinya adalah yang berdetak yaitu jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh, namun hadits ini mempunyai makna yang dalam, makna yang pertama adalah makna yang zhahir yaitu jika segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal darah itu buruk maka buruklah seluruh tubuhnya, maksudnya jika jantung itu memompa darah kurang baik maka akan berantakan seluruh tubuhnya. Namun secara bathin berarti bahwa jika segumpal darah itu baik yaitu penuh dengan sifat-sifat yang luhur maka ucapan, penglihatan, pendengaran, dan perbuatannya pun akan luhur, dan segala-galanya penuh dengan rahmat Allah, dan jika dia dipenuh dengan rahmat maka dia akan menjadi matahari rahmat Ilahi, sebagai pewaris dari para penyebar rahmat Ilahi, pewaris dari segala sumber rahmat Ilahi, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang Allah sebut sebagai “Sirajan Muniira” yaitu pelita yang terang benderang, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjaga matahari-matahari hidayah, pewaris nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang dari Allah subhanahu wata’ala. Semua dari para nabi dan rasul ingin bersama dengan kelompok para shalihin, sebagaimana doa nabi Ibrahim AS, firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat As Syu'araa :

رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

( الشعراء : 83 )

“ Ya Allah, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih”. ( QS. As Syu’araa : 83 )

Dalam surat yang sama Allah subhanahu wata’ala berfirman :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

( الشعراء : 88-89 )

" (yaitu) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih “ ( QS. As Syu’araa : 88 – 89 )

Nabi Ibrahim AS tidak memohon untuk dijadikan sebagai orang shalih, namun meminta untuk dipertemukan dengan para shalihin karena beliau merasa sangat jauh dengan mereka, seakan-akan orang yang tertinggal dan berpisah dengan rombongannya dan ingin dipertemukan dengan menyusul mereka, demikianlah doa nabiyullah Ibrahim AS Abu Al Anbiyaa, beliau digelari demikian karena banyak keturunannya dari bani Israil yang menjadi nabi. Kemudian nabi Ibrahim juga memohon kepada Allah untuk diselamatkan di hari dimana tidak ada lagi gunanya harta dan keluarga, kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang baik dan indah, hati yang indah adalah hati yang penuh cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, hati yang dipenuhi dengan cinta kepada Rasulullah itulah hati yang akan dituangi cinta kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga Allah menjadikan kita diantara mereka. Jika kita tidak mampu untuk mencapai derajat itu namun kita telah mendengarnya, maka semoga Allah tidak mewafatkan kita kecuali kita telah mencapai derajat itu, amin.

Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling ingin agar kita selamat, maka ummatnya ditolong di dunia, di alam barzakh, dan di hari kiamat . Pertolongan rasulullah ketika hari kiamat, hal itu sudah sangat sering kita bahas di majelis-majelis dan dimana-mana. Adapun pertolongan Rasulullah di barzakh sebagaimana dalam riwayat Shahih Muslim Ketika Rasulullah bertanya tentang seorang wanita yang dalam kebiasaannya selalu menyapu masjid, dan ketika itu tidak lagi pernah kelihatan dan ternyata wanita itu wafat, maka Rasulullah marah dan berkata kepada para sahabat : " mengapa kalian tidak memberi tahu aku ", maka sahabat menjawab : " Wahai Rasulullah disaat itu kami menguburkannya sudah larut malam ,dan kami tidak ingin mengganggumu dengan membangunkanmu ", Rasulullah berkata : " Tunjukkan aku kuburnya ", kemudian sahabat mengantar beliau ke kuburan wanita itu lalu Rasulullah melakukan shalat ghaib di depan kuburnya bersama para sahabat, maka setelah selesai melakukan shalat Rasulullah berkata : " Perkuburan disini penuh dengen kegelapan, namun Allah menerangi kubur mereka semua karena aku menshalati mereka". Maka syafaat Rasulullah juga terdapat di alam kubur sebagaimana riwayat Shahih Muslim. Dan syafaat beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga untuk para pendosa di dunia, sebagaimana riwayat Shahih Muslim ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah hijrah ke Madinah maka ada dua orang sahabat ingin menyusul Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk Hijrah dari Makkah, di tengah perjalanan salah seorang teman itu sakit parah, karena tidak bisa lagi menahan sakitnya maka ia mengambil pisau dan memotong urat nadinya, hal ini merupakan dosa besar karena telah melakukan bunuh diri, setelah dimakamkan temannya melanjutkan perjalanannya, dan di tengah perjalanan ia bermimpi bertemu temannya yang telah wafat kemudian ia berkata : " bagaimana keadaanmu?, kini aku melanjutkan perjalananku seorang diri menuju ke Madinah untuk berjumpa Rasulullah", maka temannya yang telah wafat menjawab : "Aku telah diampuni oleh Allah karena aku ingin hijrah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, namun tangan yang aku gunakan untuk memotong urat nadiku ini tidak diampuni oleh Allah", maka setelah bangun tidur ia melanjutkan perjalanan ke Madinah dan sesampainya di Madinah ia bercerita kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang mimpi itu. Dalam ilmu hadits jika sudah diceritakan maka bukan lagi termasuk mimpi, bahkan setelah diceritakan kepada Rasulullah, beliau pun telah membenarkannya, kemudian Rasulullah berdoa berkali-kali : " Wahai Allah ampunilah tangannya". Demikianlah akhlak nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ
"

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat "

Kita tidak melihat langsung shalatnya Rasulullah, tetapi kita mempunyai guru dan sanad, namun tidak semua orang bisa melihat atau mengikuti guru-guru mereka secara mutlak, karena terkadang kita hanya mengikutinya saja dan ternyata guru kita lagi kurang sehat, misalnya diantara kita ada yang berkata : "guru saya kalau shalat duduk tahiyyat nya kok berbeda dengan yang lain, maka lebih baik saya mengikuti guru saya saja", tidak demikian namun harus kita tanyakan terlebih dahulu mungkin saja beliau pernah kecelakaan sehingga cara duduk nya berbeda dengan yang lain, maka jangan terburu-buru mentaqlid tanpa ilmu tapi tanyakanlah terlebih dahulu kepada guru kita. Dan kebetulan ada buku yang bagus tentang sifat-sifat shalat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang ditulis oleh sayyid Al Habib Ali Hasan As Saqqaf dari Jordan, dan buku itu sudah kita tarik kurang lebih 10.000 buku dan bisa didapatkan di kios nabawi bagi yang menginginkannya. Dalam buku itu dijelaskan bagaimana tata cara shalat nabi, rukuknya, sujudnya, duduknya dan lain serta dalil-dalinya, pengarangnya adalah termasuk Ahlu sunnah wal jamaah dan bermadzhab Syafi'i. Hadirin hadirat, saya mohon maaf dalam seminggu kemarin saya tidak bisa hadir majelis, mungkin karena banyaknya dosa sehingga Allah tidak mengizinkan saya untuk memandang wajah-wajah orang yang indah dengan niat-niat yang suci, tetapi Alhamdulillah malam hari ini Allah mengizinkan untuk hadir di Majelis Rasulullah.

Hadirin hadirat, ada beberapa pesan dari guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, ada hal-hal yang bisa saya sampaikan kepada jamaah ada ada yang tidak bisa saya sampaikan. Diantara hal yang bisa saya sampaikan adalah bahwa beliau menghimbau dan menginginkan kita semua untuk membuat halaqah-halaqah ( perkumpulan ) ibadah di rumah-rumah, mushalla atau di masjid. Misalnya si fulan sangat gemar membaca Al Qur'an maka buatlah halaqah Al Qur'an dengan mengajak teman-temannya ngaji 5 atau 6 orang atau lebih dengan cara berpindah-pindah dari rumah ke rumah setiap malam atau setiap minggu. Atau jika si fulan sukanya Ilmu Fiqh, maka carilah guru yang bisa mengajar Fiqh dan adakan pertemuan di rumah dengan berpindah-pindah dari rumah ke rumah, mengapa harus berpindah-pindah dari rumah ke rumah? supaya penduduk rumah itu yang tinggal di rumah itu atau yang kebetulan datang berkunjung, mereka juga ikut mendengarkannya. Begitu juga yang suka dzikir atau maulid maka buatlah perkumpulan antara 5, 10 atau 20 rumah, dan ketahuilah asal muasal majelis malam Selasa ini dimulai dengan halaqah-halaqah kecil seperti itu, berpindah dari rumah ke rumah yang semakin hari semakin banyak dan semakin besar. Dan beliau ( Al Habib Umar ) mengatakan jika hal ini terus berakar ke masyarakat dengan terus mengenalkan ibadah dan kedamaian maka akan muncul generasi-generasi yang gemar dzikir dan beribadah, politikus yang suka beribadah, pedagang yang suka beribadah, maka generasi-generasi selanjutnya adalah orang-orang yang tarbiyah ibadahnya hidup kembali seperti masa-masa yang lalu, maka tidak hanya hidup untuk dunia saja namun akhirat juga diperhatikan. Beliau berkata dengan gerakan-gerakan seperti ini akan banyak kebaikan yang muncul, insyaAllah. Dan selanjutnya beliau juga menyampaikan kepada kita untuk bersatu dan tidak berpecah belah dengan kelompok yang berbeda pendapat dengan kita, untuk terus menjalin persatuan antara kita dengan ulama' atau dengan majelis ta'lim yang lain, persatuan antar sesama muslim dan jauhkan bentrokan dengan ummat yang berbeda agama, juga jauhkan benturan dengan pemerintah dan lainnya, kecuali ada yang mengganggu kita maka dalam hal ini sudah ada instruksi dari Allah yaitu jika kita diperangi maka kita tidak boleh hanya diam saja, namun jika kita tidak diganggu dan tidak diperangi maka jangan sampai kita yang memulainya. Beliau menyampaikan salam ta'zhim untuk kita semua karena beliau tidak bisa datang ke Indonesia di tahun ini kecuali di Bulan Muharram tahun yang akan datang Insyaallah. Dan kita doakan beliau semoga selamat dalam perjalanan, perjalanan kali ini adalah perjalanan yang terlama dalam hidup beliau selama kurang lebih 3 bulan beliau akan keluar dari Hadramaut mengelilingi benua Eropa, Amerika dan Australia untuk menyebarkan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam . Semoga Allah melimpahkan untuk beliau ketenangan dan kesuksesan dalam dakwahnya, Allah jadikan dakwah yang penuh dengan keluhuran dan kedamaian, dan selalu dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala. Dan kita berdoa bersama semoga Allah memuliakan kita dan melimpahkan kepada kita kebahagiaan, kedamaian dan keluhuran, dan semua hajat dunia dan hajat akhirah kita dikabulkan oleh Allah subhanahu wata'ala, maka sebutkanlah semua hajatmu di dalam hati disaat menyebut nama Allah, dan tenggelamkan di samudera nama-Nya…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Mohon maaf saya tidak hadir dalam acara TV One hari Minggu yang lalu, begitu juga majelis-majelis sebelumnya yang tidak bisa saya hadiri saya mohon maaf, namun jangan risau selama niatmu ikhlas maka keluhuran akan tetap terbit dalam setiap langkahmu, dan saya akan usahakan untuk terus hadir di majelis-majelis. Selanjutnya yang perlu saya sampaikan adalah ketertiban yang harus semakin kita terapkan, seperti pengendara sepeda motor harusla selalu memakai helm, jika ada yang berkata : “saya kemana-mana sudah terbiasa tidak pakai helm”, baiklah tidak apa-apa jika demikian namun kami harap jika hadir ke majelis-mejelis gunakanlah helm, supaya kita bisa menjadi panutan yang lain, dan yang tidak mempunyai rizki untuk membeli helm semoga dilimpahi rizki oleh Allah untuk membeli helm, amin. Kita terus berusaha semampunya untuk selalu menjaga nama baik majelis kita. Selanjutnya doa penutup oleh Al Habib Abdurrahman Al Habsyi, tafaddhal Masykuraa..

Tausyiah Al Habib Ali bin Syaikh Abu Bakr bin Salim "Bersabar Atas Cobaan"

قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ قَالَ: إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي، بِحَبِيبَتَيْهِ، فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ، مِنْهُمَا الْجَنَّةَ، يُرِيدُ عَيْنَيْهِ.

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah SAW: “Sungguh Allah SWT berfirman: Jika Kuberi cobaan pada hambaKu dengan mengambil kedua kesayangannya, maka ia bersabar, kubalas dengan sorga, yang dimaksudNya (SWT) adalah kedua mata hambaNya” (Shahih Bukhari)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الَْحَمْدُلله رَبِّ اْلعَالَمِيْن وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ


Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas limpahan kenikmatan yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui, sebanyak ciptaan-Nya yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui, Allah subhanahu wata’ala telah berfirman :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

( إبراهيم : 7 )

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

Dikatakan oleh para Ulama’ bahwa barangsiapa yang menginginkan kenikmatan itu kekal bagi dirinya maka perbanyaklah ia memuji Allah, dan jika ia menginginkan tambahan kenikmatan itu maka ia memperbanyak syukur atas nikmat yang telah diperolehnya. Maka hal pertama yang harus kita syukuri adalah kenikmatan Islam dan Iman agar Allah menambahkan keimanan untuk kita, dan kita juga bersyukur atas nikmat kesehatan yang dengan itu Allah akan menambahkannya untuk kita, serta kita bersyukur kepada Allah atas nikmat mulia yang diberikan kepada kita yaitu diutusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita sehingga Allah lebih mengenalkan kita kepada nabi kita dan menambahkan kecintaan dan panutan kita kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan kita bersyukur dan memuji Allah atas kehadiran kita dalam perkumpulan yang mulia ini sehingga Allah menambahkan untuk kita keberkahan dan mendapatkan banyak faidah dari perkumpulan luhur ini serta limpahan rahmat kepada kita semua, dan semoga Allah melimpahkan kenikmatan kepada para pelaksana dan menjadikan terlaksananya majelis ini, karena nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ

“orang yang menunjukkan kepada kebaikan bagaikan orang yang melakukannya”

Dan mereka-mereka yang menjadi pelaksana majelis ini telah menunjukkan kepada yang hadir atau yang mendengarkan untuk mendapatkan kemulian dengan hadir di majelis ini sehingga mereka pun mendapatkan kemulian seperti mereka yang hadir dan mendengarkan majelis ini. Maka kita memohon kepada Allah agar menambahkan untuk kita sifat syukur atas nikmat yang diberikan kepada kita, karena Allah menyukai hamba-hamba yang bersyukur dan memuji-Nya. Sungguh kenikmatan Allah yang diberikan kepada hamba sangatlah banyak dan tidaklah terhitung, sebagaimana firman-Nya:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

( إبراهيم : 34 ، النحل : 18 )

“Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya”.( QS. Ibrahim : 34, An Nahl : 18 )

Dan kita mengetahui dari hadits yang telah kita baca tadi bahwa nikmat yang paling berharga adalah nikmat melihat ( mata) , sebagaimana difirmankan oelh Allah dalam hadits qudsi :

إِنَّ اللَّهَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ يُرِيدُ عَيْنَيْهِ

“Sesungguhnya Allah berfirman: “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan kedua mata yang buta lantas dia bersabar, maka niscaya akan Aku ganti dengan balasan surga.”

Dia bersabar atas musibah itu, tanpa menyesalkan dan mencelanya maka Allah akan menggantikan musibah itu dengan surga untuknya. Dan segala kenikmatan yang ada pada seseorang, kemudian diambil oleh Allah maka Allah akan menyiapkan gantinya yang sangat agung, begitu pula segala musibah yang menimpa seorang hamba jika dia bersabar maka ia akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirah. Oleh sebab itu sebagian ulama’ berkata : “ orang yang banyak ditimpa musibah di dunia dan ia bersabar atas musibah itu maka dialah orang yang akan mendapatkan ketenangan kelak di akhirah” . Begitu juga jika kita tidak menghendaki musibah menimpa kita maka hendaklah kita peduli terhadap saudara-saudara kita yang terkena musibah, dan jangan sampai kita menghina dan mencela orang-orang yang terkena musibah, seperti orang yang diberi musibah dengan kebutaan, maka jangan sampai kita menghinanya karena bisa saja Allah subhanahu wata’ala mengambil kenikmtatan itu dari kita dan membuat kita menjadi buta, wal ‘iyadzubillah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ قَادَ أَعْمَى أَرْبَعِيْنَ خُطْوَةً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ

“ Barangsiapa yang menuntun orang buta sebanyak 40 langkah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang”

Maka jika engkau mendapati seorang buta di jalan dan tidak ada yang mendampinginya kemudian menuntunnya hingga 40 langkah, maka Allah akan mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang. Diriwayatkan dalam riwayat yang kuat bahwa datang kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seseorang yang mendapatkan musibah dengan mata yang buta, maka dia berkata kepada Rasulullah : “wahai Rasulullah, doakanlah aku supaya aku sembuh dan bisa melihat“, Rasulullah berkata : “bersabarlah, maka bagimu surga”, maka orang itu pun menjawab : “wahai Rasulullah, aku menginginkan surga dan aku juga menginginkah agar disembuhkan mataku”, kemudian Rasulullah berkata : “jika itu yang kau inginkan, pergilah berwudhu kemudian shalat lah 2 raka’at, lalu berdoalah” :

اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّد، إِنِّيْ أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ أَنْ يَرُدَّ بَصَرِيْ اَللّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِيْ فِيْ نَفْسِيْ

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu dan bertawajjuh kepadaMu dengan nabiMu, Muhammad Saw, Nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku bertawajjuh denganmu kepada Tuhanku agar mengembalikan penglihatanku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat"

Kemudian orang itu pergi berwudhu lalu shalat 2 rakaat dan berdoa dengan doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah, maka seketika itu penglihatannya kembali dan seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu pada matanya, subhanallah. Hal itu karena dia berdoa kepada Allah dengan harapan yang besar dan juga dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka dijelaskan oleh para Ulama’ bahwa tidaklah seseorang berdoa kepada Allah kecuali dia pasti akan mendapatkan salah satu dari 3 hal ; mungkin Allah memberikan apa yang ia inginkan di dunia, atau ditunda hingga kelak di akhirah, atau Allah subhanahu wata’ala menyingkirkan bala’ dan musibah darinya karena doanya. Oleh karena itu setiap doa pasti akan memberi manfaat bagi manusia, mungkin di dunia atau di akhirah atau dijauhkan dari musibah. Maka sebagian hamba kelak ketika di hadapan Allah subhanahu wata’ala akan berkata : “Ya Allah seandainya dahulu doa-doaku ketika di dunia tidak ada yang dikabulkan sehingga sehingga menjadi hutang bagi-Mu dan Engkau berikan balasannya di akhirah”, karena mereka melihat banyaknya pahala yang Allah siapkan untuk mereka di akhirat atas doa-doa yang belum dikabulkan ketika di dunia. Kita bersyukur kepada Allah atas kenikmatan-kenimatan yang diberikan kepada kita,dan janganlah diantara kita berharap untuk sakit atau mendapatkan musibah. Sebagian orang berkata : “wahai Allah jika kenikmatan ini akan mendatangkan azab untukku kelak di akhirat, maka janganlah berikan kenikmatan itu kepadaku, biarkanlah musibah itu menimpaku di dunia”, maka Rasulullah bersabda untuk tidak mengatakan hal seperti itu namun katakanlah :

اللَّهُمَّ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”

Maka janganlah kita mengharapkan untuk diberi musibah, namun jika musibah menimpa kita maka bersabarlah karena Allah akan segera menghilangkan musibah itu karena kesabaran kita. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang dilimpahi kenikmatan, bukan hamba yang dilimpahi musibah dan cobaan, dan semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kepada kita limpahan kemuliaan taubat yang sebenar-benarnya, sering kita mendengar doa:

اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ التَّوَّابِيْنَ

“ Ya Allah jadikanlah kami dalam kelompok orang-orang yang bertobat”

اَللّهُمَّ تُبْ عَلَيْنَا

“ Ya Allah ampunilah (dosa-dosa) ku “

Seseorang yang berdoa dengan doa itu adalah orang yang ingin dicintai Allah, karena Allah subhanahu wata’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ

( البقرة : 222 )

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat “ ( QS. Al Baqarah : 222 )

Maka barangsiapa yang bertobat pastilah Allah akan mencintainya, dan jika Allah telah mencintai seorang hamba maka DIA akan memberikan apa yang diinginkan hamba-Nya bahkan lebih dari yang diinginkannya, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi :

مَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ

“Hamba-Ku masih terus mendekati kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Ketika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat”

Sungguh betapa mulianya seorang hamba yang melihat dan mendengar dengan cahaya Allah, demikianlah keadaan orang-orang yang dicintai oleh Allah, mereka akan mendapatkan kemuliaan yang agung di dunia dan di akhirah. Semoga Allah mencintai kita, dan tiadalah Allah akan mencintai kita kecuali nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga mencintai kita, maka mendekatlah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan mengikuti tuntunan-tuntunan beliau agar kita dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala dan dicintai oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Perbanyaklah shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ikutilah budi pekerti dan akhlak rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika engkau mengikuti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka engkau akan dicintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga akan dicintai Allah subhanahu wata’ala, dan jika Allah mencintaimu maka Allah tidak akan memberimu kesusahan, karena tidak ada seorang kekasih yang akan menyakiti kekasihnya akan tetapi dia akan memberi segala yang diinginkan oleh kekasihnya, memuliakannya, dan mendekatkannya kepadanya sedekat-dekat keadaan. Adapun majelis seperti ini mendekatkan kita kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, terlebih lagi majelis ini bernama “majelis rasulullah” shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketahuilah para ulama’ berkata bahwa setiap sesuatu itu tergantung pada namanya, maka jika namanya baik dan dengan niat yang baik maka sesuatu itu akan menjadi baik, dan jika namanya buruk maka sesuatu itu akan menjadi buruk. Terdapat dalam sebuah hadits, bahwa seseorang datang kepada sayyidina Umar Bin Khattab Ra, maka sayyidina Umar bertanya: “ siapa namamu?”, maka ia menjawab : “namaku “Lahab” (yang menyala), kemudian sayyidina Umar bertanya lagi : “engkau berasal dari qabilah mana?” , ia menjawab : “Dzaat Lazhaa (api ), lalu sayyidina Umar kembali bertanya : “dari mana asalmu?”, dia menjawab : “ dari “Wadi Sa’ier” ( lembah neraka ), maka sayyidina Umar berkata : “ sekarang engkau pulanglah ke tempatmu karena rumah dan keluargamu sedang terbakar”. Itulah akibat dari memilih nama yang buruk. Namun bagaimana dengan nama “Majelis Rasulullah” shallallahu ‘alaihi wasallam, tentunya akan mendapatkan banyak kebaikan dan keberkahan, serta mendapatkan perhatian dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita tidak meminta kepada siapapun, namun kita hanya meminta kepada Allah atas segala sesuatu yang kita inginkan,maka kita meminta kepada yang dermawan tidak kepada yang kikir, karena jika meminta kepada yang kikir maka mungkin dia akan menolak permintaan kita, namun jika meminta kepada Yang Maha Dermawan dengan sekadar permintaanmu, maka DIA akan memberimu dengan sekadar kedermawanan-Nya, dan saat ini kita meminta kepada Allah agar Allah memandang kita dengan pandangan kasih sayang, dan kita juga menjadi orang yang mencintai dan dicintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semakin besar rasa cinta kita kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka kita akan semakin tidak suka untuk berbuat dosa, jika nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyayangi kita maka akan berpijar cahaya di hati kita, apabila cahaya itu semakin meluas maka akan mengalir ke semua anggota tubuh kita, dan jika cahaya itu telah mengalir ke seluruh tubuh maka tiadalah sesuatu yang ia perbuat kecuali hanya kebaikan dan kebaikan. Segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita di majelis ini, semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan keberkahan kepada yang hadir, yang melihat dan mendengar majelis ini, dan semoga Allah melimpahkan keberkahan dan kemuliaan kepada yang membangun dan mengelola masjid ini. Jika Allah subhanahu wata’ala menyayangi hamba yang membantu menyelesaikan hajat sesamanya, maka terlebih lagi hajat yang mulia ini yang mendekatkan hamba kepada Allah. Dan hal ini merupakan hajat yang lebih mulia dari sekedar hajat-hajat keduniawian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ لله خَلْقاً خَلَقَهُمْ لِقَضَاءِ حَوَائِجِ النَّاسِ، آلى عَلَى نَفْسِهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ باِلنَّارِ، فَإِذَا كاَنَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ وُضِعَتْ لَهُمْ مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ يُحَدِّثُوْنَ اللهَ تَعَالىَ وَالنَّاسُ فِي الْحِسَابِ

“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang Dia ciptakan untuk memenuhi kebutuhan orang banyak. Dia berjanji kepada diri-Nya sendiri bahwa Dia tidak akan menyiksa mereka di neraka, dan kelak di hari kiamat dibuatkan mimbar-mimbar untuk mereka, dan mereka berbincang dengan Allah sedangkan orang-orang lain sedang dihisab.”

Rasulullah berjanji bahwa orang yang demikian tidak akan disiksa oleh Allah subhanahu wata’ala. Dan kelak ketika di hari kiamat mereka akan diberi oleh Allah mimbar-mimbar cahaya sembari berbincang-bincang dengan Allah subhanahu wata’ala, mereka adalah orang-orang yang memenuhi hajat-hajat keduniawian sesamanya maka terlebih lagi mereka yang memenuhi hajat-hajat sesama dalam masalah agama dan masalah akhiratnya. Maka orang-orang yang demikian itu Allah lah yang menuntun mereka untuk berbuat demikian, sehingga Allah menjadikan kenikmatan itu berlimpah kepada mereka. Dan terdapat dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda : bahwa Allah subhanahu wata’ala memberikan kenikmatan yang besar pada suatu kaum dan Allah biarkan kenikmatan itu untuk mereka selama ada diantara mereka orang yang selalu membantu menyelesaikan hajat-hajat orang lain, dan jika mereka telah mulai bosan untuk membantu orang lain maka Allah pindahkan kenikmatan itu kepada kelompok yang lain, karena kenikmatan itu dari Allah subhanahu wata’ala. Maka dalam majelis yang seperti ini perbanyakalah doa dan munajat karena Allah akan mengabulkan hajat-hajat kita, karena majelis-majelis dzikir adalah tempat dikabulkannya setiap doa, terlebih lagi di majelis ini bukan dihadiri 100 atau 200 orang akan tetapi dihadiri oleh ribuan orang. Tidak mungkin Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Dermawan mengumpulkan puluhan ribu ummat berdoa dan berdzikir kecuali ada diantara mereka yang menjadikan doa-doa terkabulkan. Segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita dalam majelis yang penuh barakah ini, kita memohon kepada Allah semoga menambahkan kenikmatan untuk kita. Kita senantiasa berbuat taat dan menjauhi kemaksiatan maka Allah akan menambahkan untuk kita kenikmatan yang besar. Perbanyaklah ibadah dan dzikir ynag dengan itu Allah akan menjaga kita dari perbuatan dosa dan mengampuni dosa-dosa kita, dan setelah menunaikan shalat wajib 5 waktu maka sempurnakanlah juga dengan shalat sunnah rawatib qabliyah dan ba’diyah, shalat witir, dan shalat dhuha semampunya selama kita masih dalam kehidupan yang fana ini, karena jika seseorang telah wafat maka terputuslah amal-amalnya kecuali mereka yang telah menanam saham besar berupa ibadah-ibadah di dunia yang berkelanjutan maka hal itulah yang membawa manfaat baginya. Semoga majelis ini berkelanjutan dan Allah panjangkan usia Al Habib Munzir Al Musawa untuk selalu membinanya karena semua kalangan masyarakat dari golongan pria, wanita, tua dan muda mendapatkan manfaat dari majelis ini. Dan semoga keberkahan majelis ini berlimpah kepada kita semua, semoga Allah subhanahu wata’ala mengabulkan doa-doa kita, dan Allah menyampaikan semua yang telah kita cita-citakan. Semoga Allah menerangi sanubari kita dengan cahaya dzikir, dan menerangi rumah-rumah kita dengan cahaya bacaan Al qur’an. Rasulullah ketika melakukan shalat jama’ah ( shalat wajib ) di masjid, beliau memerintahkan untuk shalat sunnah di rumah saja agar rumah kita juga mendapatkan cahaya, karena rumah yang tidak digunakan untuk berdzikir, shalat, atau membaca alqur’an maka masuklah syaitan dan jin yang membawa kehinaan . Di sebagian rumah yang tidak pernah terdengar suara dzikir kepada dan tidak pula shalawat kepada Rasulullah, yang terdengar hanyalah suara orang-orang yang fasik, maka rumah yang seperti itu tidak terbentengi, dan bisa saja dimasuki sihir, cobaan , atau penyakit tanpa ia sadari. Akan tetapi rumah yang sering dibaca didalamnya Al qur’an, dzikir, atau shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka tidak satu pun dari jin dan syaitan yang bisa memasukinya, tidak dari yang zhahir tidak pula dari yang bathin. Sebagaimana kejadian seorang sahabat sayyidina Abu Darda’ RA yang suatu hari ia pergi pasar, maka ketika itu terbakarlah rumah-rumah di wilayahnya, maka seseorang berkata : “wahai Abu Darda’, pulanglah ke wilayahmu karena rumahmu sedang terbakar ”, namun Abu Darda’ tetap berada di pasar itu dan berkata : “sungguh rumahku tidak akan terbakar”, maka seseorang berkata : “wahai Abu Darda’ semua rumah yang ada disekitarmu telah terbakar, bagaimana mungkin hanya rumahmu yang tidak terbakar”, maka mereka bersama-sama pergi utnuk melihat keadaannya maka ketika itu mereka mendapati semua rumah terbakar dan ketika api itu menuju rumah Abu Darda’ api itu pun padam, maka mereka bertanya kepada Abu Darda’ : “bagaimana bisa rumahmu tidak terbakar, sedangkan rumah-rumah yang lain terbakar?” maka Abu Darda’ berkata : “sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda”: Barangsiapa di pagi hari dan sore harinya membaca :

" اَللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَأَنْتَ رَبُّ اْلعَرْ